Powered by Blogger.
===================================================================
Assalamualaikum Sobat Saham Ceria,
Salam sejahtera bagi kita semua,

Untuk meningkatkan kemampuan menulis sobat, silahkan tulis artikel mengenai pasar atau saham, cara kamu memahaminya, suka duka, awal mula, cita-cita, harapan, kesalahan hingga cara memperbaikinya, bedah buku / tulisan trader lain, mitos, dan sebagainya. Ada banyak sekali hal yang bisa kamu tuliskan.

Lebih disukai yang berisikan pengalaman ataupun paparan yang sarat dengan logika dan argumen yang kuat, sehingga sobat lain bisa belajar dari pengalamanmu itu.

Kirimkan tulisan kamu ke sahamceria1@gmail.com dengan format :

Nama penulis : boleh nama pena ataupun nama asli
Email :
Link Blog : (kalau ada)
Judul :
Uraian :
Referensi : (kalau ada)

Panjang tulisan antara 4000-5000 karakter. Tulisan yang menarik akan saya posting di blog ini. Dulu saya memulai untuk memahami pasar ini lewat menulis. Siapa tahu kamu pun juga begitu.

Semoga sukses dan salam trader!
===================================================================

7 Tingkatan Trader - Bagian 2

Posted by Saham Ceria

Saya akan coba jelaskan rangkuman 7 tingkatan trader dari yang saya amati, baik dari hasil pengalaman sendiri maupun dari hasil pengalaman guru-guru saya.

7 Tingkatan Trader

1. Pemimpi
Ini level pertama yang dilewati oleh para trader. Masih dipenuhi angan-angan, cerita-cerita indah, dan mimpi yang biasanya ingin dapat uang tanpa kerja keras, bebas finansial, tidak suka terikat rutinitas pekerjaan kantor yang membosankan, muak dengan gaji kecil, muak dengan pekerjaan sekarang dengan atasan yang bodoh, ingin mencapai apa yang orang lain tak pernah capai, dan sebagainya.

Biasanya keinginan-keinginan tersebut tumbuh dari hasil membaca buku, mengikuti seminar, atau hasil pemikiran sendiri. Awalnya pertama kali itu adalah mimpi. Soal terwujud atau tidak, itu soal nanti. Kalau kamu ingin jadi trader, pastikan kamu ingat apa mimpimu soal profesi ini.

2. Pencari
Level selanjutnya adalah berusaha merealisasikan mimpi, tapi trading saham bukan seperti orang mau buka warung (bangun warung, siapin isinya, terus duduk nungguin pembeli). Ini bukan soal ada tidaknya modal, tapi ada tidaknya skill. Maka yang harus dicari itu ilmunya. Di sini para pemimpi akan naik level menjadi pencari ilmu. Mulai coba-coba cara menganalisa fundamental atau teknikal. Coba ini, coba itu. Belum ada gambaran sama sekali akan seperti apa pasar saham nantinya. Ini masih soal pengenalan materi.

3. Pelaku
Mengetahui bahwa saham tidak cukup dipelajari lewat buku atau seminar, para pencari ilmu itu akhirnya memutuskan learning by doing. Ia persiapkan dirinya untuk menanggung resiko yang ada. Money management dipersiapkan sebaik-baiknya. Umumnya trader-trader awal punya konsep MM yang sangat ketat dan akan cukup puas dengan profit walaupun kecil. Ia merasa pelajaran dari level 2 dulu akhirnya bermanfaat dan ia merasa akan mencapai mimpinya tidak lama lagi. Untuk itu disusunlah beragam rencana keuangan masa depan, dengan asumsi bahwa itu akan terwujud dalam waktu dekat.

Emosi
4. Pebisnis
Pada level ini ia merasakan bahwa dunia saham adalah profesi yang paling pas dan paling menjanjikan. Maka ia memutuskan untuk lebih serius mendalami bidang ini, menjadikannya sebagai pebisnis saham. Untuk membangun bisnis yang bagus, maka jumlah profit yang dihasilkan pun harus besar pula. Maka ia tak segan menyuntik dana lebih besar lagi. Namanya juga bisnis, pasang surut akan terjadi. Rugi besar pun akan bertubi-tubi dirasakannya. Juga profit besar pun pernah dirasakannya. Semua itu seperti pergantian siang menjadi malam, malam menjadi siang. Ini adalah level yang penuh dengan emosi, kemarahan, kecemburuan, dan penuh ambisi. Saat untung, bukan main senangnya, sampai-sampai cuap-cuap di forum, kalau perlu menunjukkan berapa profit yang dihasilkannya. Saat rugi, bukan main sedihnya, menguraikan kata-kata bijak buat menghibur dirinya sendiri. Ia berusaha sabar, tapi semakin ia bersabar, maka semakin ia merasakan bahwa ia tidak membuat kemajuan yang berarti. Ia tidak mau buru-buru mengakui salah, karena ia tetap memperbaiki dan memperbaiki. Tapi ia lama-lama merasakan entah kenapa apa-apa yang dipelajarinya dulu mendadak menjadi tak lagi berguna. Apakah pasar kini sudah berubah? Semua keputusan hanya berakhir di kerugian. Rugi, rugi, dan rugi lagi! Bahkan menumbuhkan portofolio 3% per bulan pun terasa sangat sulit. Alih-alih tumbuh, ekuitasnya malah susut terus tiap bulannya. Bandar jadi sasaran amukan. Ia merasa diperdaya, dibodohi, dan dipermainkan. Bagi yang tak tahan, mungkin karena bangkrut atau banyak hutang, akhirnya memutuskan untuk berhenti trading saham selamanya. Ya seperti yang saya tuliskan tadi, inilah level yang penuh dengan emosi, kemarahan, kecemburuan, dan penuh ambisi. Dan ketika kenyataan tak seindah impian, maka ia hanya bisa menangis menyesali nasib. Tak tahu lagi apa yang mau diperbuat.

Pertapa
5. Pertapa
Mereka menyangka bahwa mereka sudah mencapai garis akhir dari dunia saham, padahal mereka masih sibuk mengupasi kulit kacang. Cepatlah sadarkan diri dari segala kekecewaan. Selanjutnya ia menarik diri dari segala forum, hanya untuk mengobati duka hatinya karena mimpinya tak menjadi nyata. Ia seolah balik ke titik nol lagi, seolah kembali menjadi seorang pemimpi. Tapi tidak lama ia pun mencoba merangkum pengalaman-pengalaman buruknya. Ia mencatat dan ia perbaiki apa-apa yang perlu diperbaiki. Butuh waktu memang, tapi itu lebih baik ketimbang larut dalam kesedihannya. Ini adalah level para pertapa. Ia menarik diri, tapi bukan untuk selamanya. Ini hanya sementara, sampai ia benar-benar menemukan sebuah cara yang ia cari. Ini adalah tingkat dimana ia mencoba menyatukan segala pengetahuan kepada karakter diri. Apabila ia masih gagal di level ini, maka sudah tidak ada cara lain lagi yang tersisa kecuali berhenti. Sejak awal semua persiapan mental, semua tangis, semua kekecewaan, hanya mengarah kepada titik terendah ini. Inilah titik paling mengecewakan dalam prestasi trading. Titik yang paling rendah. Tak bisa lebih rendah lagi dari itu. Ini sudah yang paling parah. Pilihannya cuma 2 : bangkit atau hancur berkeping-keping. Kebanyakan trader akan berhenti pada level 4. Jika kamu memutuskan untuk naik ke level 5, ini akan menjadi titik penentumu, apakah kamu akan lanjut naik atau berhenti sampai di sini saja.

Sampai di sini, coba perhatikan sebentar diagram di atas. Dari level pertapa ini kita harus turun kembali ke level pebisnis. Yang artinya tidak ada jalan lain selain mencoba lagi dan lagi. Jika masih gagal, kamu harus lakukan pertapaan lagi. Begitu seterusnya sampai benar-benar menemukan cara yang kamu cari. Tidak ada target waktu, karena saat kamu memutuskan naik ke level pertapa, kamu harus tahu bahwa waktu tidak lagi jadi soal, karena kamu sudah pasrah. Jika pertapaanmu tak memberikan hasil, maka kamu bisa berhenti kapan saja kamu mau. Tapi jika pertapaanmu memberikan hasil, maka ini akan membentuk Lingkaran Malaikat, dimana setiap kekeliruan justru akan membuat sistemmu semakin baik dari hari ke hari. Kamu menjadi trader yang sangat sulit dikalahkan pasar dengan alasan yang kamu sendiri susah menjelaskannya. Dan jika sudah tiba saatnya, kamu akan menuju ke level 6 dalam waktu yang tak lama lagi.

Terlahir Kembali
6. Terlahir Kembali
Di sini kamu akan mencium aroma dunia saham yang sebenarnya. Wanginya, busuknya, merasakan hembusan nafasnya, degup jantungnya, ketakutannya, kerakusannya, dan sebagainya yang dulunya sangat sulit kamu pelajari. Pada level ini trader seolah-olah memiliki pribadi yang baru dengan sudut pandang yang sama sekali baru pula. Banyak hal yang menjadi terang benderang karena satu sama lain memiliki ikatan yang kuat, tapi tak kasat mata. Tak ada buku yang menjelaskan itu. Tak ada seminar yang menerangkan itu. Semua diperoleh secara kebetulan, dari pengalaman atau pemikiran sendiri. Lalu ia akan kembali bergabung dengan teman-temannya di berbagai forum hanya untuk menjadi penggembira saja, memberikan motivasi terutama buat teman-temannya yang belum terjun ke dunia investasi saham. Ia tak segan-segan memberikan bantuan berupa rekomendasi saham (ini sebabnya saya juga menyebut level ini sebagai level pahlawan karena sangat suka membantu orang lain), tapi biasanya ia tak mencari popularitas. Buat apa? Toh ia sudah menemukan apa yang dicari. Banyak kesalahan sistem yang sudah diperbaiki. Keberanian, mental yang kuat, kesabaran, menjadi satu dengan sistemnya itu. Ia penuh percaya diri, tapi tak melupakan menghitung kemungkinan resiko yang dihadapi, karena resiko itu pun adalah bagian dari sistemnya juga. Ketika seorang pemanjat tebing telah mempersiapkan segala sesuatu untuk mengantisipasi jatuhnya ia dari tebing, lantas apalagi yang dia tunggu? Panjatlah tebing itu secepat yang kamu bisa, karena segala resiko sudah diantisipasi!

7. Guru
Tiap-tiap pembelajaran ilmu duniawi pasti akan mengenal tamat. Cepat atau lambat, semua kesedihan akan menjadi senyum terindah. Semua perjuangan akan menjadi pengalaman yang layak diceritakan. Semua punya kesimpulan yang sama, bahwa tidak ada jalan tercepat buat meraih sukses. Semua butuh perjuangan dan itu membutuhkan waktu yang tak bisa dibilang sedikit. Ini adalah level para guru, master, suhu. Ini adalah level utopianya para trader.

A utopia is a community or society possessing highly desirable or near perfect qualities.

Di level ini biasanya punya pemikiran yang sama, yaitu ingin membantu orang lain. Disebut guru karena mereka biasanya punya murid, walaupun satu. Dan murid tersebut dididik agar bisa trading seperti dia juga. Tidak semua level 6 yang memutuskan untuk melanjutkan ke level 7 ini, karena banyak yang lebih tertarik menjadi menjadi pebisnis profesional ketimbang menjadi guru. Pebisnis profesional bukanlah level 4, melainkan sejajar dengan level 6. Ia mungkin tak punya murid, tapi biasanya ia punya uang yang banyak dari hasil trading sendiri atau pun dari hasil memberikan rekomendasi berbayar.

Seminar Saham

Di level 7 ini nantinya ada 2 pilihan : premium atau gratis. (Premium? Mirip pebisnis profesional dong? Beda. Karena seorang guru tidak mencari duit dari menjual rekomendasi. Dia jualan ilmu, bukan rekomendasi. Tapi dalam prakteknya, banyak juga yang merangkap keduanya.) Materi yang diajarkannya itu adalah sistem trading, money management, psikologi trading, dan apa saja yang dibutuhkan seseorang untuk menjadi trader profesional. Jadi tidak ada yang salah dengan meminta bayaran atas penjelasan ilmunya nanti, selama ia bisa mempertanggungjawabkan materinya itu. Omongan sinis para trader yang sering terdengar adalah "Kalau memang sudah berhasil, ngapain minta bayaran lagi?" Padahal kalau mengetahui jungkir balik perjuangannya hingga mencapai level 7, mereka pasti tidak gegabah melontarkan pertanyaan demikian. Dan seperti yang saya singgung di atas, tidak banyak trader level 6 yang bersedia naik ke level 7 karena lebih suka berada di level 6 saja dengan alasan lebih nyaman.

Ada juga yang memilih untuk mengajarkan dengan gratis. Biasanya ini tipe guru yang memang tak suka keramaian, tak suka popularitas, dan juga tak suka berdebat. Muridnya pun tak banyak. Orang tak bisa menemukannya, karena guru itu sendiri yang memilih muridnya. Antara yang gratis dan yang berbayar punya kesamaan sifat yaitu sama-sama ingin membantu orang lain. Kalau kamu menemukan guru saham yang tak memiliki sifat ingin membantu sesama dan hanya ingin mengeruk bayaran dari peserta saja, maka bisa dipastikan dia bukan guru saham. Kenapa? Sederhana saja. Karena keserakahan tidak mendapat tempat di dunia saham.

"Gantungkan cita-citamu setinggi langit! Bermimpilah setinggi langit!
Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh di antara bintang-bintang."
Soekarno

Related Post



Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...